Selasa, 14 Februari 2012

Gadis Kecil Penjual Mawar

Dokter Martin sudah sangat letih, untung saja bu Nilam dan bayinya bisa selamat. Perdarahan seakan telah mengajaknya berlomba waktu dengan Sang malaikat.

Pagi ini sambil menikmati segelas kopi, ia membereskan berkas - berkas rekam medis bu Nilam.

"Selamat pagi dokter, ada resep obat yang habis tadi malam, mau minta resepnya untuk ibu Nilam" kata suster Reni.

Diambilnya kertas resep itu dan menulis beberapa nama obat yang diminta suster Reni.

Di ruang perawatan Reni tidak menjumpai satupun keluarga bu Nilam.
Hanya ada Kiki anak bu Nilam.

"Ayahmu dimana Kiki?" tanya suster Reni

" Masih jualan buah di pasar, sore ayah baru bisa datang" jawab Kiki.

"Ini ada resep nanti ayahmu suruh beli ya dik" kata suster Reni.

Kiki mengenggam kertas resep itu. Diliriknya ibu yang terbaring di tempat tidur. Ibu sangat letih setelah berjuang melahirkan adiknya.
Dalam hati Kiki berpikir seandainya saja ia bisa membantu ayah mencari uang, pasti ibu segera sembuh dan tidak terlambat menebus obat.
Dikecupnya pipi ibunya. Sambil berbisik.

" Ibu Kiki pulang sebentar ya, mau sekolah"

Kiki melangkahkan kaki ke luar rumah sakit. Setengah berlari ia menuju ke rumah. Sambil menuju rumah ia membayangkan idenya. Aku sudah menyimpan banyak bunga mawar hias buatanku. Hari ini hari kasih sayang. Aku akan jual mawar - mawar itu di pinggir jalan pasti laku.

Dengan keranjang bambu Kiki membawa mawar - mawar itu. Ada lima puluh tangkai mawar, kiki akan menjualnya seribu satu tangkai.

" Mawar - mawar,. Kak beli mawar ya untuk Valentine?" Kiki menawarkan mawar
itu pada setiap pejalan kaki yang berlalu lalang. Sudah terjual 10 tangkai mawar. Lumayan. Ia membayangkan dengan hasil menjual limapuluh tangkai mawar bisa membantu menebus obat ibunya.

Kiki lalu menuju perempatan jalan. Ia berusaha menyeberang. Pada saat yang sama sebuah mobil sedan biru melaju dan hampir saja menabraknya.
Beruntung pengendara sedan itu dengan sigap mengerem. Kiki kaget dan keranjangnya terlempar ke tengah jalan, semua mawar - mawarnya berhamburan. Ia hanya tertegun dan matanya berkaca- kaca memandang mawar - mawarnya.
Akhirnya mawar - mawar itu terlindas sepeda motor yang lewat. Kiki menangis sesenggukan di tepi jalan,menangisi mawar- mawarnya yang hancur berhamburan.

Mobil sedan biru itu merapat ke tepi trotoar, pintunya terbuka.

"Maaf ya nak, relakan saja mawarmu. Hampir saja kamu celaka" kata bapak itu.

Sejenak mereka berpandangan.

" Lho ini Dokter Martin kan? Dokter yang tadi malam merawat ibu saya?" tanya Kiki.

" Iya , saya dokter Martin, kamu putrinya bu Nilam ya, mengapa kamu tidak sekolah? Untuk apa mawar- mawar itu?"

"Saya hari ini bolos dokter, bantu ayah mencari uang. Saya menjual mawar - mawar ini untuk menebus resep obat ibu. Hari ini hari Valentine day, pasti mawar saya laku. Saya ingin ibu segera sembuh dan membawa adikku pulang" Jawab Kiki lirih.

"Sudah , ayo naik ke mobil saya, semua mawarmu yang rusak terlindas kendaraan saya beli. Sekarang mari kita ke apotik untuk menebus resep obat ibumu" kata dokter Martin.

Dadanya sesak, ia sangat terharu dengan cinta Kiki pada ibunya.
Seandainya boleh bertukar tempat ia ingin menjadi Kiki untuk ibunya.
Hati yang penuh bakti dan sayang pada ibunya. Kiki gadis kecil penjual mawar telah mengajarkan arti kasih dan cinta yang sesungguhnya pagi ini.

Dokter Martin menggenggam tangan mungil Kiki, diberinya amplop uang.

"Selamat hari Valentine Kiki, ini hadiah Tuhan untukmu agar bisa menebus resep ibu Nilam. Semoga ibumu segera sembuh ya. Mawar hatimu sudah mengajarkan saya sebuah ketulusan untuk berbagi kasih di hari yang indah ini, terimakasih Kiki"

"Selamat Hari KASIH SAYANG 14 Februari 2012 untuk semua sahabat & Pasutri"

Sumber: NN

Jumat, 10 Februari 2012

Senyuman John

Cerita cinta John & Jessica 

John dan Jessica telah berumah tangga selama 7 tahun..Mereka saling mencintai, namun Jessica sejak awal menutupi semua perasaan cintanya terhadap John..Ia begitu takut apabila John mengetahui betapa ia mencintai pria itu, John lantas meninggalkannya sebagaimana kekasih kekasihnya selama ini.. Tapi tidak bagi John.. Ia selalu menyatakan perasaan cintanya kepada Jessica dengan tulus dan begitu terbuka. Setiap saat ketika bersama Jessica, John selalu menunjukkan cintanya yang besar, seolah olah itulah saat terakhir John bersama Jessica..

Jessica selalu bersikap tidak menyenangkan terhadap John..Setiap saat dia selalu mencoba menguji seberapa besar cinta John terhadapnya. Jessica selalu mencoba melakukan hal hal yang keterlaluan dan diluar batas kepada John. Meski Jessica tahu betapa hal itu sungguh salah, namun melihat sikap John yang tetap berlaku baik padanya, membuat Jessica tetap bertahan untuk melihat seberapa besar kesungguhan cinta pria yang dinikahinya itu..

Tahun pertama pernikahan mereka….

Jessica bangun siang..Dia tidak sempat menyiapkan sarapan untuk John ketika John hendak berangkat kerja..Namun John tetap tersenyum dan mengatakan, “Tidak apa apa..Nanti aku bisa sarapan di kantor..”
Saat John pulang dari kantor, Jessica tidak sengaja memasak makanan yang tidak disukai John..Meski menyadari hal itu, Jessica tetap memaksakan agar suaminya mau makan makanan itu..John tetap tersenyum dan berkata, “ Wah sepertinya sudah saatnya aku belajar menghadapi tantangan..Masakanmu sepertinya tantangan yang hebat, sayang. Aku sudah tidak sabar untuk menyantapnya. .”..Jessica terkejut, tapi tidak mengatakan apa apa..

Tetapi Malaikat tahu betapa malam malam saat Jessica terlelap John memanjatkan doa,

” Tuhan....Di pagi pertama pernikahan kami Jessica tidak membuatkanku sarapan.. Padahal aku begitu ingin bercakap cakap di meja makan bersamanya sambil membicarakan betapa indah hari ini, di hari pertama kami menjalani kehidupan baru sebagai suami istri. Tapi tidak apa apa, Tuhan..Karena sepertinya Jessica kelelahan setelah resepsi pernikahan kami tadi malam..Bantulah kekasih hatiku ini, Tuhan agar dia boleh punya tenaga yang cukup untuk menghadapi hari baru bersamaku besok..Tuhan, Engkau tau betapa aku tidak bisa makan spaghetti karena pencernaanku yang tidak begitu baik.. Tapi sepertinya Jessica sudah bekerja keras untuk masak makanan itu..Mampukan aku untuk menghargai setiap apa yang dilakukan istriku kepadaku, Tuhan..Jangan biarkan aku menyakiti perasaannya meski itu tidak mengenakkan bagiku….”

Tahun kedua pernikahan mereka….

John membangunkan Jessica pagi pagi untuk berdoa bersama..Namun Jessica menolak dan lebih memilih melanjutkan tidurnya..John tersenyum dan akhirnya berdoa seorang diri..
Sore hari sepulang kantor, John mengajak Jessica berjalan jalan ke taman..Meski terpaksa, Jessica akhirnya mau juga ke tempat dimana dulu perasaannya begitu berbunga bunga saat bersama John..Tetapi Jessica menolak rangkulan John, dan berkata, “Jangan, John..Aku malu..”..John tersenyum dan berkata, “Ya, aku mengerti..” Jessica melihat kekecewaan dimata John, namun tidak melakukan apapun untuk menghilangkan kekecewaan itu..

Tetapi Malaikat tahu betapa malam malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya..”
Tuhan..Ampuni aku yang tidak bisa membawa istriku untuk lebih dekat padaMU pagi hari ini..Mungkin tidurnya kurang karena pikirannya yang sedang berat..Tapi aku yakin Tuhan, besok Jessica mau bersama sama denganku bercakap cakap kepadaMu..Tuhan, Engkau juga tahu kesedihanku saat Jessica menolak kurangkul ketika ke taman hari ini..Tapi tidak apa apa..Dia sedang datang bulan, mungkin karena itu perasaannya juga jadi lebih sensitive..Mampukan aku untuk melihat suasana hati istriku, Tuhan…”

Tahun ketiga pernikahan mereka….

Mereka kini mempunyai seorang putera bernama Mark..Jessica  tidak pernah lagi meneruskan kebiasaannya membaca bersama John sebelum tidur.. Jessica semakin sering menolak ciuman John..
Jessica memarahi John habis habisan sore itu ketika John lupa mencuci tangan saat akan menggendong Mark ketika John pulang kerja..Jessica tahu betapa hal itu membuat John terpukul..Namun idealismenya  mendidik Mark membuat Jessica mengabaikan perasaan John.. Dan John tetap tersenyum..

Tetapi Malaikat tahu betapa malam malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya..”Tuhan, Engkau tahu betapa sedih hatiku saat ini..Semenjak kelahiran Mark, aku kehilangan begitu banyak waktu bersama Jessica..Aku merindukan saat saat kami membaca bersama sebelum tidur dan menciuminya sebelum ia tertidur..Tapi tidak apa apa..Dia begitu cape mengurusi Mark seharian saat aku bekerja di kantor.. Hanya saja, biarkanlah dia  terus tertidur dalam pelukanku,
Tuhan....Karena aku begitu mencintainya. .Sore tadi Jessica memarahiku karena aku lupa mencuci tangan saat menggendong Mark, Tuhan..Aku begitu kangen pada anakku sehingga teledor melakukan sebagaimana yang diminta istriku..Engkau tahu betapa aku terluka akan kata kata Jessica,
Tuhan..Tapi tidak apa apa..Jessica mungkin hanya kuatir terhadap kesehatan anak kami Mark apabila aku langsung menggendongnya. .Kesehatan Mark lebih penting daripada harga diriku…...”

Tahun keempat pernikahan mereka….

Jessica tidak ingat memasak makanan kesukaan John di hari ulang tahunnya.. Jessica terlalu sibuk belanja sehingga lupa bahwa John selalu minta dibuatkan Blackforest dengan taburan coklat dan ceri diatasnya setiap ulang tahunnya tiba..
Jessica juga lupa menyetrika kemeja John yang menyebabkan John terlambat ke kantor pagi itu karena John terpaksa menyetrika sendiri kemejanya..Jessica tau kesalahannya, namun tidak menganggap hal itu sebagai sesuatu hal yang penting..

Tetapi Malaikat tahu betapa malam malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya..”Tuhan, untuk kali pertama Jessica lupa membuatkan blackforest kesukaanku di hari ulang tahunku ini. Pada hal aku sangat menyukai kue buatannya itu… Menikmati kue blackforest buatannya membuatku bersyukur mempunyai istri yang pandai memasak sepertinya, dan merasakan cintanya padaku.. Namun tahun ini aku tidak mendapatinya. Tapi tidak apa apa..mungkin lebih banyak hal lain yang jauh lebih penting daripada sekedar blackforest itu.. Paling tidak, aku masih mendapatkan senyuman dan ciuman darinya hari ini..Ampuni aku, Tuhan apabila tadi pagi aku lupa tersenyum kepada Jessica..Aku terlalu sibuk menyetrika bajuku dan memikirkan pekerjaanku di kantor.. Jessica sepertinya lupa untuk melakukan hal itu, meski aku sudah meminta tolong padanya tadi malam..Jangan biarkan aku melampiaskan emosiku karena dampratan atasanku akibat keterlambatanku hari ini kepada Jessica, Tuhan. Jessica mungkin keliru menyetrika kemeja mana yang seharusnya kupakai hari ini.. Lagipula, sepatuku begitu mengkilap..Aku yakin Jessica sudah berusaha keras agar aku kelihatan menarik saat presentasiku tadi..Terima kasih untuk kebaikan istriku, Tuhan…”

Tahun kelima pernikahan mereka…

Jessica menampar dan menyalahkan John karena Mark sakit sepulang mereka berenang..John terlalu asyik bermain main dengan Mark sehingga tidak menyadari betapa Mark sangat sensitive terhadap dinginnya air kolam renang, yang mengakibatkan Mark harus dirawat dirumah sakit....
Jessica mengancam akan meninggalkan John apabila terjadi apa apa dengan Mark.. Jessica melihat genangan air mata di mata John, namun kekerasan hatinya lebih menguasainya ketimbang perasaan John…

Tetapi Malaikat tahu betapa saat itu John lantas menuju ke Kapel rumah sakit dan memanjatkan doanya sambil menangis..” Tuhan..tadi Jessica menamparku karena kelalaianku menjaga Mark sehingga dia sakit.. Belum pernah Jessica bersikap dan berkata sekasar itu padaku, Tuhan.. Tapi tidak apa apa.. Jessica benar benar kuatir terhadap anak kami sehingga ia bersikap demikian.. Tapi Tuhan, aku begitu terluka saat ia mengatakan akan meninggalkanku. Engkau tahu betapa ia adalah belahan jiwaku.. Jangan biarkan hal itu terjadi, Tuhan..Mungkin dia begitu dikuasai kekuatiran sehingga melampiaskannya padaku. Tidak apa apa, Tuhan.. Tidak apa apa.. Asal dia mendapat ketenangan, aku akan merasa bersyukur sekali..Dan sembuhkanlah putera kami, Mark agar dia boleh kembali dapat ceria dan bermain main bersama kami lagi, Tuhan..”

Tahun keenam pernikahan mereka….

Jessica semakin menjaga jarak dengan John setelah kehadiran Rebecca, puteri mereka..Jessica tidak pernah lagi menemani John makan malam karena menjaga puteri mereka yang baru berusia 5 bulan..
Jessica juga menjual kalung berlian pemberian John dan menggantinya dengan perhiasan lain yang lebih baru.. Ketika John mengetahui hal itu, Jessica tau John menahan amarahnya, namun Jessica berdalih, “John, itu hanya kalung berlian biasa.. Lagipula, aku bukan menjualnya, melainkan menukarnya dengam perhiasan yang lebih baru..”

Tetapi Malaikat tahu betapa malam malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya.. ”Tuhan, aku begitu kesepian melewatkan makan malam sendirian tanpa Jessica bersamaku.. Aku begitu ingin terus bercerita dan tertawa bersamanya di meja makan.. Engkau tau, itulah penghiburanku untuk melepas kepenatanku setelah seharian bekerja di kantor.. Tapi tidak apa apa.. Rebecca lebih membutuhkan perhatiannya daripadaku.. Lagi pula, Mark kadang kadang mau menemaniku.. Hanya saja, jangan biarkan aku memendam sakit hati kepada Jessica karena menjual kalung pemberianku. Engkau tau begitu lama aku menabung dan bekerja ekstra demi menghadiahinya kalung itu, hanya untuk membuktikan terima kasihku padanya atas kesetiaan dan pengabdiannya sebagai istriku dan ibu dari anak anakku. Ampuni aku apabila tadi aku sempat berpikir untuk marah padanya..”

Tahun ketujuh pernikahan mereka….

Jessica sama sekali tidak mengindahkan kebiasaannya membelai kepala John dan mencium kening suaminya sebelum John berangkat kantor..Padahal Jessica tau, selama ini apabila dia lupa melakukannya, John selalu kembali kerumah siang hari demi mendapatkan belaian dan ciuman Jessica untuknya..Karena John tidak akan pernah tenang bekerja apabila hal itu belum dilakukan Jessica padanya.. Jessica tidak mengucapkan I LOVE YOU untuk kali pertama dalam 7 tahun pernikahan mereka..

Dan di tahun ketujuh itu pula, John mengalami kecelakaan saat akan berangkat ke kantor.. Ia mengalami pendarahan yang hebat, yang membuatnya terbaring tidak sadarkan diri di ranjang rumah sakit..
Jessica begitu terguncang dan terpukul..Ia begitu takut kehilangan John, suami yang dicintainya. Yang selalu ada kapan saja dia butuhkan.. Yang selalu dengan tersenyum menampung semua emosi dan kemarahannya. Yang tak pernah berhenti mengatakan betapa John mencintainya. Tak sedikitpun Jessica beranjak dari sisi tempat tidur John.. Tangannya menggenggam erat jemari suaminya yang terbaring lemah tak sadarkan diri.. Bibirnya terus mengucapkan I LOVE YOU, karena ia ingat kalau ia belum mengatakan kalimat itu hari ini..

Karena begitu sedih dan lelah menunggui John, Jessica tertidur.. Dalam tidurnya, malaikat yang selama ini mendengar doa doa John pada Tuhan membawa Jessica melihat setiap malam yang John lewatkan untuk mendoakan Jessica.. Ia menangis sedih melihat ketulusan dan rasa cinta yang besar dari John padanya.. Tak sedikitpun John menyalahkannya atas semua sikapnya yang tidak mempedulikan perasaan dan harga diri John selama ini..Alih alih demikian, John malahan menyalahkan dirinya sendiri.. Jessica menangis menahan perasaannya. 
 
Dan untuk kali pertama dalam hidupnya, Jessica berdoa,
“Tuhan, ampuni aku yang selama ini menyia nyiakan rasa cinta suamiku terhadapku.. Ampuni aku yang tidak memahami perasaan dan harga dirinya selama ini.. Beri aku kesempatan untuk menunjukkan cintaku pada suamiku, Tuhan..beri aku kesempatan untuk meminta maaf dan melayaninya sebagai suami yang kucintai..”

Dan ketika Jessica terbangun, Ia melihat pancaran kasih suaminya menatapnya..” Kamu keliatan begitu lelah, sayang.. Maafkan aku yang tidak berhati hati menyetir sehingga keadaannya mesti jadi begini dan membuatmu kuatir.. Aku tidak konsentrasi saat menyetir karena memikirkan bahwa kau lupa mengatakan I LOVE YOU padaku..” Belum selesai John berbicara, Jessica lantas menangis keras dan menghambur ke pelukan suaminya..

“Maafkan aku, John.. Maafkan aku..I LOVE YOU.. I really Love you.. Kaulah matahariku, John.. Aku tidak bisa bertahan tanpamu.. Aku berjanji tidak akan pernah lupa lagi mengatakan betapa aku mencintaimu. Aku berjanji tidak akan pernah mengabaikan perasaan dan harga dirimu lagi.. I LOVE YOU, John.. I LOVE YOU…”

Berapa banyak diantara kita yang menjadi seperti Jessica? Yang mengabaikan perasaan kekasih hati kita demi kepentingan diri kita sendiri? Jangan sampai terjadi sesuatu ya. Memang berat untuk kita lalui demi menyadari betapa berharganya orang-orang yang mengasihi kita..
Lebih dari itu, cinta yang sesungguhnya adalah ketika kita bisa seperti John, yang mengabaikan kepentingan dirinya dan perasaannya demi menjaga dan menunjukkan cintanya kepada pasangannya. Yang menjadikan pasangan hidup kita sebagai subjek untuk dikasihi dan dilayani, bukan sebaliknya.. Semoga memberi makna untuk kita semua..

Love is so beautiful
Sumber: NN
 

Rabu, 08 Februari 2012

Bukan nomer 1 tetapi menjadi yg terbaik

Ranking 23 : "Aku ingin menjadi orang yang bertepuk tangan di tepi jalan"

Di kelasnya ada 50 orang murid, setiap kali ujian, anak perempuanku tetap mendapat ranking ke-23. Lambat laun membuat dia mendapatkan nama panggilan dengan nomor ini, dia juga menjadi murid kualitas menengah yang sesungguhnya. Sebagai orangtua, kami merasa nama panggilan ini kurang enak didengar,namun anak kami ternyata menerimanya dengan senang hati.

Suamiku mengeluhkan ke padaku, setiap kali ada kegiatan di perusahaannya atau pertemuan alumni sekolahnya, setiap orang selalu memuji-muji "Superman cilik" di rumah masing-masing, sedangkan dia hanya bisa menjadi pendengar saja.
Anak keluarga orang, bukan saja memiliki nilai sekolah yang menonjol, juga memiliki banyak keahlian khusus. Sedangkan anak nomor 23 di keluarga kami tidak memiliki sesuatu pun untuk ditonjolkan.

Dari itu, setiap kali suamiku menonton penampilan anak-anak berbakat luar biasa dalam acara televisi, timbul keirian dalam hatinya sampai matanya bersinar-sinar.
Kemudian ketika dia membaca sebuah berita tentang seorang anak berusia 9 tahun yang masuk perguruan tinggi, dia bertanya dengan hati pilu kepada anak kami: Anakku, kenapa kamu tidak terlahir seba-gai anak dengan kepandaian luar biasa? Anak kami menjawab: Itu karena ayah juga bukan seorang ayah dengan kepandaian luar biasa. Suamiku menjadi tidak bisa berkata apa-apa lagi, saya tanpa tertahankan tertawa sendiri.

Pada pertengahan musim gugur, semua sanak keluarga berkumpul bersama untuk merayakannya, sehingga memenuhi satu ruangan besar di restoran.
Topik pembicaraan semua orang perlahan-lahan mulai beralih kepada anak masing-masing. Dalam kemeriahan suasana, anak-anak ditanyakan apakah cita-cita mereka di masa mendatang? Ada yang menja-wab akan menjadi pemain piano, bintang film atau politikus, tiada seorang pun yang terlihat takut mengutarakannya di depan orang banyak, bahkan anak perempuan berusia 4½ tahun juga menyatakan kelak akan menjadi seorang pembawa acara di televisi, semua orang bertepuk tangan mendengarnya.

Anak perempuan kami yang berusia 15 tahun terlihat sibuk sekali sedang membantu anak-anak kecil lainnya makan. Semua orang mendadak teringat kalau hanya dia yang belum mengutarakan cita-citanya kelak. Di bawah desakan orang banyak, akhirnya dia menjawab dengan sungguh-sungguh:

Kelak ketika aku dewasa, cita-cita pertamaku adalah menjadi seorang guru TK, memandu anak-anak menyanyi, menari dan bermain-main. Demi menunjukkan kesopanan, semua orang tetap memberikan pujian, kemudian menanyakan akan cita-cita keduanya. Dia menjawab dengan besar hati: Saya ingin menjadi seorang ibu, mengenakan kain celemek bergambar Doraemon dan memasak di dapur, kemudian membacakan cerita untuk anak-anakku dan membawa mereka ke teras rumah untuk melihat bintang-bintang. Semua sanak keluarga tertegun dibuatnya, saling pandang tanpa tahu akan berkata apa lagi. Raut muka suamiku menjadi canggung sekali.

Sepulangnya kami ke rumah, suamiku mengeluhkan ke padaku, apakah aku akan membiarkan anak perempuan kami kelak menjadi guru TK? Apakah kami tetap akan membiarkannya menjadi murid kualitas menengah?
Sebetulnya, kami juga telah berusaha banyak. Demi meningkatkan nilai sekolahnya, kami pernah mencarikan guru les pribadi dan mendaftarkannya di tempat bimbingan belajar, juga membelikan berbagai materi belajar untuknya.

Anak kami juga sangat penurut, dia tidak membaca komik lagi,tidak ikut kelas origami lagi, tidur bermalas-malasan di akhir minggu juga tidak dilakukan lagi. Bagai seekor burung kecil yang kelelahan, dia ikut les belajar sambung menyambung, buku pelajaran dan buku latihan dikerjakan tanpa henti. Namun biar bagaimana pun dia tetap seorang anak-anak, tubuhnya tidak bisa bertahan lagi dan terserang flu berat.Biar sedang diinfus dan terbaring di ranjang, dia tetap bersikeras mengerjakan tugas pela-jaran, akhirnya dia terserang radang paru-paru. Setelah sembuh, wajahnya terlihat kurus banyak. Akan tetapi ternyata hasil ujian semesternya membuat kami tidak tahu mau tertawa atau menangis, tetap saja nomor 23.

Kemudian, kami juga mencoba untuk memberikan penambah gizi dan rangsangan hadiah, setelah berulang-ulang menjalaninya, ternyata wajah anak perempuanku semakin pucat saja. Apalagi, setiap kali akan ujian, dia mulai tidak bisa makan dan tidak bisa tidur, terus mencucurkan keringat dingin, terakhir hasil ujiannya malah menjadi nomor 33 yang mengejutkan kami. Aku dan suamiku secara diam-diam melepaskan aksi menarik bibit ke atas demi membantunya tumbuh ini.
Dia kembali pada jam belajar dan istirahatnya yang normal, kami mengembalikan haknya untuk membaca komik, mengijinkannya untuk berlangganan majalah "Humor anak-anak" dan sejenisnya, sehingga rumah kami menjadi tenteram kembali. Kami memang sangat sayang pada anak kami ini, namun kami sungguh tidak mengerti akan nilai sekolahnya.

Pada akhir minggu, teman-teman sekerja pergi rekreasi bersama. Semua orang mempersiapkan lauk terbaik dari masing-masing, dengan membawa serta suami dan anak untuk piknik. Sepanjang perjalanan penuh dengan tawa dan guyonan, ada anak yang bernyanyi, ada juga yang memperagakan karya seni pendek.
Anak kami tiada keahlian khusus, hanya terus bertepuk tangan dengan gembira.
Dia sering kali lari ke belakang untuk menjaga bahan makanan. Merapikan kembali kotak makanan yang terlihat agak miring, mengetatkan tutup botol yang longgar atau mengelap jus sayuran yang bocor ke luar. Dia sibuk sekali bagaikan seorang pengurus rumah tangga cilik.

Ketika makan terjadi satu kejadian di luar dugaan. Ada dua orang anak lelaki, satunya adalah bakat matematika, satunya lagi adalah ahli bahasa Inggris. Kedua anak ini secara bersamaan menjepit sebuah kue beras ketan di atas piring, tiada seorang pun yang mau melepaskannya, juga tidak mau membaginya. Walau banyak makanan enak terus dihidangkan, mereka sama sekali tidak mau peduli.
Orang dewa-sa terus membujuk mereka, namun tidak ada hasilnya. Terakhir anak kami yang menyelesaikan masalah sulit ini dengan cara sederhana yaitu lempar koin untuk menentukan siapa yang menang.

Ketika pulang, jalanan macet dan anak-anak mulai terlihat gelisah. Anakku terus membuat guyonan dan membuat orang-orang semobil tertawa tanpa henti. Tangannya juga tidak pernah berhenti, dia meng-guntingkan banyak bentuk binatang kecil dari kotak bekas tempat makanan, membuat anak-anak ini terus memberi pujian. Sampai ketika turun dari mobil bus, setiap orang mendapatkan guntingan kertas hewan shio masing-masing.

Ketika mendengar anak-anak terus berterima kasih, tanpa tertahankan pada wajah suamiku timbul senyum bangga.

Sehabis ujian semester, aku menerima telpon dari wali kelas anakku.
Pertama-tama mendapatkan kabar kalau nilai sekolah anakku tetap kualitas menengah. Namun dia mengatakan ada satu hal aneh yang hendak diberitahukannya, hal yang pertama kali ditemukannya selama 30 tahun mengajar.

Dalam ujian bahasa ada sebuah soal tambahan, yaitu siapa teman sekelas yang paling kamu kagumi dan alasannya. Selain anakku, semua teman sekelasnya menuliskan nama anakku. Alasannya sangat banyak: antusias membantu orang, sangat memegang janji, tidak mudah marah, enak berteman, dan lain-lain, paling banyak ditulis adalah optimis dan humoris. Wali kelasnya mengatakan banyak usul agar dia dijadikan ketua kelas saja.

Dia memberi pujian: Anak anda ini, walau nilai sekolahnya biasa-biasa saja, namun kalau bertingkah laku terhadap orang, benar-benar nomor satu.

Saya berguyon pada anakku, kamu sudah mau jadi pahlawan. Anakku yang sedang merajut selendang leher terlebih menundukkan kepalanya dan berpikir sebentar, dia lalu menjawab dengan sungguh-sungguh: "Guru pernah mengatakan sebuah pepatah, ketika pahlawan lewat, harus ada orang yang bertepuk tangan di tepi jalan."

Dia pelan-pelan melanjutkan: "Ibu, aku tidak mau jadi Pahlawan aku mau jadi orang yang bertepuk tangan di tepi jalan." Aku terkejut mendengarnya dan mengamatinya dengan seksama.

Dia tetap diam sambil merajut benang wolnya, benang warna merah muda dipilinnya bolak balik di jarum bambu, sepertinya waktu yang berjalan di tangannya mengeluarkan kuncup bunga. Dalam hatiku terasa hangat seketika. Pada ketika itu, hatiku tergugah oleh anak perempuan yang tidak ingin menjadi pahlawan ini. Di dunia ini ada berapa banyak orang yang bercita-cita ingin menjadi pahlawan, namun akhirnya menjadi seorang biasa di dunia fana ini.  Jika berada dalam kondisi sehat, jika hidup dengan bahagia, jika tidak ada rasa bersalah dalam hati, mengapa anak-anak kita tidak boleh menjadi seorang biasa yang baik hati dan jujur.

Jika anakku besar nanti, dia pasti akan menjadi seorang isteri yang berbudi luhur, seorang ibu yang lemah lembut, bahkan menjadi seorang teman kerja yang suka membantu, tetangga yang ramah dan baik. Apalagi dia mendapatkan ranking 23 dari 50 orang murid di kelasnya, kenapa kami masih tidak merasa senang dan tidak merasa puas? Masih ingin dirinya lebih hebat dari orang lain dan lebih menonjol lagi? Lalu bagaimana dengan sisa 27 orang anak-anak di belakang anakku? Jika kami adalah orangtua mereka, bagaimana perasaan kami?

---------------------

Anakmu bukan milikmu.
Mereka putra putri sang Hidup yang rindu pada diri sendiri,?
Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau,?
Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu.?
Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu,
Sebab mereka ada alam pikiran tersendiri.?
Patut kau berikan rumah untuk raganya,?
Tapi tidak untuk jiwanya,?
Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan, yang tiada dapat kau kunjungi meski dalam mimpi.
 
Kau boleh berusaha menyerupai mereka,?
Namun jangan membuat mereka menyerupaimu?
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,?
Pun tidak tenggelam di masa lampau.?
Kaulah busur, dan anak-anakmulah?Anak panah yang meluncur.?
Sang Pemanah Maha Tahu sasaran bidikan keabadian.?
Dia merentangmu dengan kekuasaan-Nya,?
Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat.?
Meliuklah dengan suka cita dalam rentangan tangan Sang Pemanah,?
Sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat?
Sebagaimana pula dikasihiNya busur yang mantap.

- Khalil Gibran -
  
 

Unconditional Love

 
Lima tahun usia pernikahanku dengan Ellen sungguh masa yang sulit. Semakin hari semakin tidak ada kecocokan diantara kami. Kami bertengkar karena hal-hal kecil. Karena Ellen lambat membukakan pagar saat aku pulang kantor. Karena meja sudut di ruang keluarga yang ia beli tanpa membicarakannya denganku, bagiku itu hanya membuang uang saja.

Hari ini, 27 Agustus adalah ulang tahun Ellen. Kami bertengkar pagi ini karena Ellen kesiangan membangunkanku. Aku kesal dan tak mengucapkan selamat ulang tahun padanya, kecupan di keningnya yang biasa kulakukan di hari ulang tahunnya tak mau kulakukan. Malam sekitar pukul 7, Ellen sudah 3 kali menghubungiku untuk memintaku segera pulang dan makan malam bersamanya, tentu saja permintaannya tidak kuhiraukan.

Jam menunjukkan pukul 10 malam, aku merapikan meja kerjaku dan beranjak pulang. Hujan turun sangat deras, sudah larut malam tapi jalan di tengah kota Jakarta masih saja macet, aku benar-benar dibuat kesal oleh keadaan. Membayangkan pulang dan bertemu dengan Ellen membuatku semakin kesal! Akhirnya aku sampai juga di rumah pukul 12 malam, dua jam perjalanan kutempuh yang biasanya aku hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai di rumah.

Kulihat Ellen tertidur di sofa ruang keluarga. Sempat aku berhenti di hadapannya dan memandang wajahnya. "Ia sungguh cantik" kataku dalam hati, "Wanita yang menjalin hubungan denganku selama 7 tahun sejak duduk di bangku SMA yang kini telah kunikahi selama 5 tahun, tetap saja cantik". Aku menghela nafas dan meninggalkannya pergi, aku ingat kalau aku sedang kesal sekali dengannya.

Aku langsung masuk ke kamar. Di meja rias istriku kulihat buku itu, buku coklat tebal yang dimiliki oleh istriku. Bertahun-tahun Ellen menulis cerita hidupnya pada buku coklat itu. Sejak sebelum menikah, tak pernah ia ijinkan aku membukanya. Inilah saatnya! Aku tak mempedulikan Ellen, kuraih buku coklat itu dan kubuka halaman demi halaman secara acak.

14 Februari 1996,
Terima kasih Tuhan atas pemberianMu yang berarti bagiku, Vincent, pacar pertamaku yang akan menjadi pacar terakhirku.
Hmm… aku tersenyum, Ellen yakin sekali kalau aku yang akan menjadi suaminya.

6 September 2001,
Tak sengaja kulihat Vincent makan malam dengan wanita lain sambil tertawa mesra.
Tuhan, aku mohon agar Vincent tidak pindah ke lain hati. Jantungku serasa mau berhenti...


23 Oktober 2001,
Aku menemukan surat ucapan terima kasih untuk Vincent, atas candle light dinner di hari ulang tahun seorang wanita dengan nama Melly. Siapakah dia Tuhan? Bukakanlah mataku untuk apa yang Kau kehendaki agar aku ketahui…

Jantungku benar-benar mau berhenti. Melly, wanita yang sempat dekat denganku disaat usia hubunganku dengan Ellen telah mencapai 5 tahun. Melly, yang karenanya aku hampir saja mau memutuskan hubunganku dengan Ellen karena kejenuhanku. Aku telah memutuskan untuk tidak bertemu dengan Melly lagi setelah dekat dengannya selama 4 bulan, dan memutuskan untuk tetap setia kepada Ellen. Aku sungguh tak menduga kalau Ellen mengetahui hubunganku dengan Melly.

4 Januari 2002,
Aku dihampiri wanita bernama Melly, Ia menghinaku dan mengatakan Vincent telah selingkuh dengannya. Tuhan, beri aku kekuatan yang berasal daripadaMu.

Bagaimana mungkin Ellen sekuat itu, ia tak pernah mengatakan apapun atau menangis di hadapanku setelah mengetahui aku telah menghianatinya. Aku tahu Melly, dia pasti telah membuat hati Ellen sangat terluka dengan kata-kata tajam yang keluar dari mulutnya. Nafasku sesak, tak mampu kubayangkan apa yang Ellen rasakan saat itu.

14 Februari 2002,
Vincent melamarku di hari jadi kami yang ke-6. Tuhan apa yang harus kulakukan? Berikan aku tanda untuk keputusan yang harus kuambil.

14 Februari 2003,
Hari minggu yang luar biasa, aku telah menjadi Nyonya Alexander Vincent Winoto. Terima kasih Tuhan!

18 Juli 2005,
Pertengkaran pertama kami sebagai keluarga. Aku harap aku tak kemanisan lagi membuatkan teh untuknya. Tuhan, bantu aku agar lebih berhati-hati membuatkan teh untuk suamiku.

7 April 2006,
Vincent marah padaku, aku tertidur pulas saat ia pulang kantor sehingga ia menunggu di depan rumah agak lama. Seharian aku berada mall mencari jam idaman Vincent, aku ingin membelikan jam itu di hari ulang tahunnya yang tinggal 2 hari lagi. Tuhan, beri kedamaian di hati Vincent agar ia tidak marah lagi padaku, aku tak akan tidur disore hari lagi kalau Vincent belum pulang walaupun aku lelah.

Aku mulai menangis, Ellen mencoba membahagiakanku tapi aku malah memarahinya tanpa mau mendengarkan penjelasannya. Jam itu adalah jam kesayanganku yang kupakai sampai hari ini, tak kusadari ia membelikannya dengan susah payah.

15 November 2007,
Vincent butuh meja untuk menaruh kopi di ruang keluarga, dia sangat suka membaca di sudut ruang itu. Tuhan, bantu aku menabung agar aku dapat membelikan sebuah meja, hadiah Natal untuk Vincent.

Aku tak dapat lagi menahan tangisanku, Ellen tak pernah mengatakan meja itu adalah hadiah Natal untukku. Ya, ia memang membelinya dimalam Natal dan menaruhnya hari itu juga di ruang keluarga.

Aku sudah tak sanggup lagi membuka halaman berikutnya. Ellen sungguh diberi kekuatan dari Tuhan untuk mencintaiku tanpa syarat. Aku berlari keluar kamar, kukecup kening Ellen dan ia terbangun…

"Maafkan aku Ellen, Aku mencintaimu, Selamat ulang tahun…"

------------ --------- -------

Jika manusia bisa mencintai pasangannya tanpa syarat. Bayangkan, bagaimana besarnya cinta Tuhan kepada kita yang adalah ciptaanNya… anakNya… sahabatNya… saudaraNya… sehingga Ia memberikan AnakNya yang dikasihinya untuk mati di kayu salib bagi kita.
 
Sumber : NN
 

Rabu, 01 Februari 2012

Buku Harian Ayah

Ayah dan ibu telah menikah lebih 30 tahun, dan Michael sama sekali tidak pernah melihat mereka bertengkar. Dalam hati Michael, perkawinan ayah dan ibu ini selalu menjadi teladan baginya. Michael juga selalu berusaha keras agar dia bisa menjadi pria dan suami yang baik seperti ayahnya. Namun, harapan tinggallah harapan, sementara penerapannya sangatlah sulit. Tidak lama setelah menikah, dia dan istrinya mulai sering bertengkar hanya karena hal-hal kecil dalam rumah tangga.
 
Malam minggu ketika pulang ke kampung halaman, MIchael tidak kuasa menahan diri hingga menuturkan segala keluhan tersebut pada ayah. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, ayah mendengarkan segala keluhan Michael. Setelah itu beliau berdiri dan masuk ke rumah. Tak lama kemudian, ayah mengusung keluar belasan buku catatan dan ditumpuknya begitu saja di hadapan Michael. Sebagian besar halaman buku tersebut telah menguning, kelihatannya buku-buku tersebut telah disimpan selama puluhan tahun.

Ayah Michael tidak banyak mengenyam pendidikan, apa bisa beliau menulis buku harian? Dengan penuh rasa ingin tahu dia mengambil salah satu buku itu. Tulisannya adalah tulisan tangan ayah, agak miring dan sangat aneh, ada yang sangat jelas, ada juga yang semrawut, bahkan ada yang tulisannya sampai menembus bebertapa halaman kertas. Michael segera tertarik dengan hal tersebut. Mulailah Michael baca halaman demi halaman buku itu dengan seksama.

Semuanya merupakan catatan hal-hal sepele, “Suhu udara mulai berubah menjadi dingin, ia sudah mulai merajut baju wol untukku. Anak-anak terlalu berisik, untung ada dia.” Sedikit demi sedikit tercatat. Semua itu adalah catatan berbagai macam kebaikan dan cinta ibu kepada ayah, cinta ibu kepada anak-anak dan keluarga. Dalam sekejap Michael sudah membaca habis beberapa buku. Arus hangat mengalir dalam hatinya. Matanya berlinang air mata. Michael mengangkat kepala, dengan penuh rasa haru dia berkata pada ayah, “Ayah, saya sangat mengagumi ayah dan ibu.” Ayah menggelengkan kepalanya dan berkata, “Tidak perlu kagum, kamu juga bisa.”

Ayah berkata lagi, “Menjadi suami istri selama puluhan tahun lamanya, tidak mungkin sama sekali tidak terjadi pertengkaran dan benturan? Intinya adalah harus bisa belajar saling pengertian dan toleran. Setiap orang memiliki masa emosional. Ibumu terkadang kalau sedang kesal, juga suka mencari gara-gara, melampiaskan kemarahannya pada ayah, mengomel. Waktu itu ayah bersembunyi di depan rumah. Dalam buku catatan, ayah tuliskan segala hal yang telah ibumu lakukan demi rumah tangga ini. Sering kali dalam hati ayah penuh dengan amarah waktu menulis kertasnya dan sampai sobek akibat tembus oleh pena. Tapi, ayah masih saja terus menulis satu demi satu kebaikannya.

Ayah renungkan bolak-balik dan akhirnya emosi itu tidak ada lagi, yang tinggal semuanya adalah kebaikan dari ibumu.” Dengan terpesona MIchael mendengarkannya. Lalu dia bertanya pada ayah, “Ayah, apakah ibu pernah melihat catatan ini?” Ayah hanya tertawa dan berkata, “Ibumu juga memiliki buku catatan. Buku catatannya berisi kebaikan diriku. Kadang kala malam hari, menjelang tidur, kami saling bertukar buku catatan, dan saling menertawakan pihak lain. Ha...ha...ha...” Saat memandang wajah ayah yang dipenuhi senyuman dan setumpuk buku catatan di atas meja, tiba-tiba saya sadar akan rahasia pernikahan, Cinta itu sebenarnya sangat sederhana, ingat dan catat kebaikan pasangan. Lupakan segala kesalahan dari pihak lain.

Inspirasi

Untuk Direnungkan :
Apakah anda berencana menikah? Hidup pernikahan tidak selalu indah. Andalah yang membuatnya indah.

Apakah anda sudah menikah? Mana yang lebih banyak anda lakukan, mencatat kebaikan pasangan atau keburukannya? Pilihlah kebaikan!


Untuk Dilakukan :
“Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih, tetapi siapa membangkit-bangkit perkara, menceraikan sahabat yang karib.”

Jika anda kesulitan untuk memuji orang lain, jangan-jangan anda pun jarang sekali mendapat pujian.

Lihatlah hal-hal positif atau kebaikan orang lain apa lagi pasangan kita! Karena dengan berbuat demikian maka, hubungan kita akan lebih langgeng, mengurangi prejudis, pikiran negatif yang dapat merusak hubungan dengan orang lain terlebih pasangan. Hidup ini hanya sekali kita jalani, buatlah itu indah karena bilamana keharmonisan terbentuk dalam rumah tangga! Maka itu kita akan bawah sampai ke dalam surga.

Mulailah sekarang memberikan pujian, kepada pasangan kita niscaya kelak kita akan tuai hasilnya yaitu menjadi pasangan yang harmonis didunia sampai keakhirat. Tumbuhkan rasa toleransi dan pupuklah selalu komunikasi yang baik dengan demikian dunia akan tersenyum melihat anda.

Memang susah dilakukan ... tapi setidaknya ... Cobalah ..