Minggu, 29 Januari 2012

Isteriku Maafkan Aku

Pernikahanku boleh dibilang sangat meriah, maklum aku mantan pria idola pada masa mudaku waktu itu. Tak heran jika banyak teman yang hadir. Banyak ucapan selamat datang silih berganti. Tak terhitung kado yang bertumpuk di kamar pengantin. Istriku? Dia sangat cantik, malah mirip artis terkenal. Ya donk aku kan ganteng wajarlah jika memperoleh wanita secantik istriku.

Dua tahun terus berjalan. Hm..istriku kog belum hamil juga ya? Ada apa dengannya? Aku optimis bahwa aku baik-baik saja. Tidak ada masalah. Aku sudah membuktikannya ketika masa laluku yang kelam SMU dulu pernah menghamili mantan tiga pacarku, sssst yang ini rahasia! hanya kuceritakan untukmu. Bagaimanapun juga istriku tetap harus yakin bahwa akulah pria terbaik dalam hidupnya. Setia, tidak neko-neko. Minuman keras dan nyabu? ah tidak, ke lokalisasi kadang- kadang sih. Ah itu juga masa lalu kok. Tidak penting - penting amat dikenang. Yang jelas aku sekarang dah jadi suami yang setia. Minimal sejak dua tahun lalu.

Istriku tidak cuma cantik tapi juga seksi. Ia kukenal pertama waktu masih jadi penyanyi di salah satu kafe langgananku dulu. Bosan juga ya berduaan melulu dikamar ini, meskipun istriku cantik aku juga ingin ada bayi mungil dikamar ini. Hmm rasa kebapakanku kadang menyindir, menusuk hati mengingatkan kesalahanku masa lalu. Mungkinkah aku dihukum Tuhan ya, kemana anak - anakku yang tidak kuakui dulu? Periksa ke dokter? Aku duluan? Ah tidak perlu. Hamil urusan perempuan. Aku hanya bagian menanam benih, jika tidak jadi yang salah ya perempuan bukan aku. Apalagi kata mertuaku dia pernah operasi tumor rahim waktu SMU. Sekali lagi aku sangat percaya diri, survey membuktikan aku pernah menghamili tiga mantan pacarku. Ingat itu, aku baik - baik saja teman!

Kesimpulannya istriku yang kuminta periksa duluan, padahal kata dokternya mestinya aku periksa duluan. Istriku awalnya tampak ketakutan dan cemas. Kupeluk dan kucium, kuyakinkan tak akan mengubah cintaku apapun hasilnya. Benarkah? Aku cuma membatin sambil mencari jawabannya sendiri. Orangtuaku sudah ribuan kali menanyakan calon cucunya sampai telingaku sudah kebal. Mungkin orangtuaku juga mulai mencari jawabannya sendiri.

Hari itu aku ingat betul, wajah istriku pucat pasi saat keluar dari ruang dokter. Ada apa ini? Seperti tersengat listrik ribuan voltage saat ku dengar dokter mengatakan rahim istriku tidak memungkinkan untuk bisa hamil. Ada apa sebenarnya? Ternyata dia pernah mengalami kegagalan pengguguran kandungan dan perdarahan hebat hampir meninggal saat remaja, rahimnya infeksi berat dan menjadi mandul. Betapa teganya si cantik ini membohongiku selam bertahun - tahun, oh Tuhan mengapa jadi begini!

Aku nyaris gila, setiap hari aku mabuk- mabukan dan jarang pulang. Aku marah dengan istriku. Teganya dia bohong padaku. Tetapi pernikahan kami tak mungkin diceraikan. Aku hanya bisa membalas dengan menyakiti hatinya. Selingkuh sana, selingkuh sini. Dia tahu bahwa dia salah telah berbohong padaku. Maka dia juga tak pernah protes. Diam dan diam itu hukumanku untuknya, kami pisah ranjang, aku tidur di kamar lain kecuali bila ada mertuaku datang. Jujur aku sangat mencintainya tapi dibohongi membuatku sakit hati. Wajar kan kalau aku jadi semau gue seperti ini. Tiada hari tanpa minuman keras. Rumah tanggaku sudah seperti suasana padang pasir yang gersang dan panas.

Suatu hari aku terbaring pingsan di depan pintu karena mabuk berat. Istriku berusaha menarikku ke dalam rumah. Hari itu juga aku harus opname. Ternyata aku mengalami gangguan ginjal yang parah. Konsekuensinya aku harus cuci darah setiap hari. Seluruh harta kami perlahan habis terkuras, hingga kami tidak punya apa- apa lgi kecuali cincin pernikahan yang melekat di jari manis kami berdua. Istriku rela bekerja keras untuk menambah penghasilan dan biaya berobatku.

Aku memang sakit hati dengan istriku, tapi aku tak ingin cincin kawin ini terlepas dari jari manis kami berdua. Dalam ketidak berdayaanku, aku seolah terbangun dari mimpi panjang yang buruk. Benarkah aku pria paling suci sedunia, paling baik sedunia? Aku lupa bahwa aku juga punya masa lalu yang kelam. Hanya saja istriku tidak tahu. Istriku sudah berlutut seribu kali dihadapanku, tapi itu tidak juga menggoyahkan hatiku untuk mengampuninya, pria macam apa aku ini.
Umurku kini sudah memasuki 50 tahun. Tak lagi setampan dan uangpun tak punya, badanku sudah rapuh dan sakit- sakitan. Tetapi istriku tetap setia merawat aku, memandikan, menyuapi dan bekerja keras menebus resep dokter juga membiayai cuci darah setiap dua minggu.

Suatu malam, kupandangi wajah letih istriku yang tertidur dikursi samping tempat tidurku. Ah perlahan- lahan airmataku menetes, aku sudah lama tidak mencium keningnya, tidak memeluknya, aku tidak pernah lagi mengecup bibirnya, aku bahkan tidak pernah memperhatikan jika rambutnya kini telah berhias uban, aaachhh istriku.. ternyata aku telah menyia - nyiakan cintamu yang tulus dibalik kelemahanmu. Padahal aku tahu, dengan kecantikannmu bisa saja ia meninggalkan aku untuk berselingkuh dengan pria lain karena aku sering menyakiti hatinya dengan sengaja, tidak memberinya nafkah, bahkan tak pernah menyentuhnya lagi sudah bertahun tahun sejak keluar dari ruang praktek dokter itu.

Ya Allah maafkan hambamu ini, sudah berapa ribu batu kulemparkan padanya, ribuan kali aku merajamnya dengan kata- kata dan perlakuan kasarku, padahal aku tidak lebih suci dari dirinya..aku menangis sesenggukan. Aku berjuang untuk bangun dari pembaringan ingin memeluk tubuhnya yang kurus dan mengecup wajahnya yang tirus pucat itu. Namun tubuhku tak sanggup berdiri terlalu lama, aku tersungkur dipelukannya.

Bibirku hanya mampu berbisik "Istriku maafkan .. aku sangat mencintaimu". Istriku terkejut melihatku bangun dari tempat tidur dan berada didepannya, kami berpelukan tak ada satupun kata terucap dari bibirnya, larut dalam segumpal kebahagiaan yang masih tersisa di relung hati, hanya mata kami yang bicara. Ternyata cinta itu masih milik kita. Aku ingin cincin di jari manis kita tetap melingkar untuk selamanya.... selamanya....

Fiksi ini diangkat dan diolah dari kisah nyata.

Salam Fiksi semoga menginspirasi


Sumber: unkwown

Jumat, 13 Januari 2012

Nyanyian Kakak

 
Ada yang tahan tidak meneteskan air mata?

Kisah nyata ini terjadi di sebuah Rumah Sakit di Tennessee , USA . Seorang ibu muda, Karen namanya sedang mengandung bayinya yang ke dua. Sebagaimana layaknya para ibu, Karen memberitahu Michael anaknya pertama yang baru berusia 3 tahun bagi kehadiran adik bayinya.

Michael senang sekali akan punya adik. Kerap kali ia menempelkan telinganya diperut ibunya. Dan karena Michael suka bernyanyi, ia pun sering menyanyi bagi adiknya yang masih diperut ibunya itu.

Nampaknya Michael amat sayang sama adiknya yang belum lahir itu.

Tiba saatnya bagi Karen untuk melahirkan. Tapi sungguh diluar dugaan, terjadi komplikasi serius. Baru setelah perjuangan berjam-jam adik Michael dilahirkan. Seorang bayi putri yang cantik, sayang kondisinya begitu buruk sehingga dokter yang merawat dengan sedih berterus terang kepada Karen; bersiaplah jika sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi.

Karen dan suaminya berusaha menerima keadaan dengan sabar dan hanya bisa pasrah kepada yang Kuasa. Mereka bahkan sudah menyiapkan acara penguburan buat putrinya sewaktu-waktu dipanggil Tuhan. Lain halnya dengan kakaknya Michael, sejak adiknya dirawat di ICU ia merengek terus!

Mami, … aku mau nyanyi buat adik kecil! Ibunya kurang tanggap.

Mami, … aku pengen nyanyi! Karen terlalu larut dalam kesedihan dan kekuatirannya.

Mami, … aku kepengen nyanyi! Ini berulang kali diminta

Michael bahkan sambil meraung menangis. Karen tetap menganggap rengekan Michael rengekan anak kecil. Lagi pula ICU adalah daerah terlarang bagi anak-anak.

Baru ketika harapan menipis, sang ibu mau mendengarkan Michael. Baik, setidaknya biar Michael melihat adiknya untuk yang terakhir kalinya. Mumpung adiknya masih hidup! Ia dicegat oleh suster didepan pintu kamar ICU.

Anak kecil dilarang masuk!. Karen ragu-ragu. Tapi, suster…. suster tak mau tahu; ini peraturan!

Anak kecil dilarang dibawa masuk! Karen menatap tajam suster itu, lalu katanya: Suster, sebelum menyanyi buat adiknya, Michael tidak akan kubawa pergi! Mungkin ini yang terakhir kalinya bagi Michael melihat adiknya!
Suster terdiam menatap Michael dan berkata, tapi tidak boleh lebih dari lima menit!.

Demikianlah kemudian Michael dibungkus dengan pakaian khusus lalu dibawa masuk ke ruang ICU. Ia didekatkan pada adiknya yang sedang tergolek dalam sakratul maut. Michael menatap lekat adiknya … lalu dari mulutnya yang kecil mungil keluarlah suara nyanyian yang nyaring “… You are my sunshine, my only sunshine, you make me happy when skies are grey …” Ajaib!

si Adik langsung memberi respon. Seolah ia sadar akan sapaan sayang dari kakaknya.

You never know, dear, How much I love you. Please don’t take my sunshine away. Denyut nadinya menjadi lebih teratur. Karen dengan haru melihat dan menatapnya dengan tajam dan terus, … terus

Michael! teruskan sayang! … bisik ibunya … The other night, dear, as I laid sleeping, I dream, I held you in my hands … dan sang adikpun meregang, seolah menghela napas panjang. Pernapasannya lalu menjadi teratur … I’ll always love you and make you happy, if you will only stay the same … Sang adik kelihatan begitu tenang … sangat tenang.

Lagi sayang! bujuk ibunya sambil mencucurkan air matanya. Michael terus bernyanyi dan … adiknya kelihatan semakin tenang, relaks dan damai … lalu tertidur lelap.
Suster yang tadinya melarang untuk masuk, kini ikut terisak-isak menyaksikan apa yang telah terjadi atas diri adik Michael dan kejadian yang baru saja ia saksikan sendiri.

Hari berikutnya, si adik bayi sudah diperbolehkan pulang. Para tenaga medis tak habis pikir atas kejadian yang menimpa pasien yang satu ini. Mereka hanya bisa menyebutnya sebagai sebuah therapi ajaib, dan Karen maupun suaminya melihatnya sebagai Mujizat Kasih Ilahi yang  sungguh amat luar biasa! tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Bagi sang adik, kehadiran Michael berarti soal hidup dan mati. Benar bahwa memang Kasih Ilahi yang menolongnya. Dan ingat Kasih Ilahi pun membutuhkan mulut kecil si Michael untuk mengatakan “How much I love you”. Dan ternyata Kasih Ilahi membutuhkan pula hati polos seorang anak kecil “Michael” untuk memberi kehidupan. Itulah kehendak Tuhan, tidak ada yang mustahil bagiNYA bila IA menghendaki terjadi.

Note:
Kadang hal-hal yang menentukan, dalam diri orang lain …
Datang dari seseorang yang kita anggap lemah …
Hadir dari seseorang yang kita tidak pernah perhitungkan …

Sumber: Anonim

Kamis, 12 Januari 2012

Pohon Kristus

 
Oleh: Kafi Kurnia | 25 December 2011 | 12:31 WIB


Pernah sekali, saya bertanya kepada seorang suci, bahwa bagaimana mungkin ia memastikan Tuhan itu ada ? Ia menatap saya dalam-dalam lalu menjawab dalam suara yang tidak pernah saya lupakan hingga hari ini, “Ada saatnya nanti engkau akan merasakan kehadiran-Nya, bukan hanya sekali tetapi akan berkali-kali. Dan pada akhirnya engkau akan ber-Tuhan dengan semestinya”. Itulah sebabnya setiapa kali orang bertanya pada saya, apa agama saya, saya cuma tersenyum dan tidak pernah menjawab. Karena bagi saya lebih penting ber-Tuhan daripada beragama.
 
Bagi saya, awal mulanya kehadiran Tuhan hanya saya rasakan di tempat-tempat suci. Misalnya ketika saya mengunjungi Katedral Notre Dame di Paris, Mesjid Biru di Turki, atau Vihara Wong Tai Sin di Hongkong. Namun setelah semakin sering merasakan kehadiran-Nya, maka kehadiran Tuhan semakin saya rasakan dalam setiap kejadian setiap hari.
 
Seminggu sebelum Natal tahun ini, saya mendapat BBM dari arsitek beken Indonesia Sindhu Hadiprana. Ia sedang membangun sebuah gereja di Pejompongan, dan di depan altar akan ada patung Kristus yang diukir utuh dalam sebuah batang pohon jati tua, yang sudah berusia ratusan tahun.
Pemahatnya adalah artis beken Bali I Wayan Winten dari Ubud. Entah kenapa, saya seperti mendapat bisikan untuk melihat peristiwa langka ini.
 
Tanggal 24 Desember pagi saya buru-buru terbang dari Djogdjakarta ke Jakarta. Begitu turun pesawat saya langsung mengirim pesan pendek “OTW ke Pejompongan”. Lalu saya bergegas ke TKP. Konon gereja yang sedang dibangun ini, digagas oleh Romo Rochadi dari Djogdjakarta. Beliau di lahirkan di Bantul, dan merupakan salah satu Romo yang dipercaya memiliki kemampuan sangat unik. Misa penyembuhan beliau selalu ramai dikunjungi umat yang terutama menderita penyakit tertentu.
 
Mendekati tengah hari saya tiba di lokasi gereja yang sedang dibangun, dan baru akan selesai April 2012. Pak Sindhu Hadiprana memperkenalkan saya kepada Romo Rochadi dan I Wayan Winten. Mata saya langsung takjub melihat pemandangan beberapa pengukir sedang memasang sebuah patung Kristus setinggi 8 meter. Utuh dari sebuah pohon jati tua yang sudah berusia ratusan tahun. Bagi saya, patung Kristus ini bukan saja terlihat sangat megah, namun saya merasakan getar enerji-nya sebagai sebuah “sacred objects” atau relik suci.
 
Ketika saya bertanya pada I Wayan Winten tentang proses pembuatan patung ini, beliau sempat tertawa. Lalu memperlihatkan tangan-nya yang berdiri bulu kuduknya. Sebagai pematung, I Wayan Winten bercerita tentang hubungan spiritual antara sepotong kayu dengan dirinya sebagai pengukir dan pemahat. Ia mengatakan bahwa sebuah karya besar patung atau ukiran hanya akan terjadi apabila ada penyerahan total dari salah satu pihak. Artinya harus ada yang mengalah.
 
Terkadang sang pengukir atau pematung yang harus mengalah dan mengikuti garis kayu dan memanfaatkan pola yang sudah ada. Sebaliknya kadang sang kayu yang harus rela mengalah dan mengikuti kemauan sang pematung atau pengukir. Barulah bisa tercipta karya besar. Sebuah sentilan halus, bahwa kehidupan ini memerlukan kolaborasi dan team work. Bila semuanya angkuh, arogan dan tidak mau mengalah, maka titik temu yang hendak dicapai, tidak akan pernah ada.
 
Yang membuat I Wayan Winten, tersentuh dan terpesona dalam proses pembuatan patung ini, adalah proses yang kedua. Bahwa ia tidak menyangka diberikan kesempatan untuk didepan memimpin, dan seolah sang kayu mengalah total. Sebuah contoh filosofi yang seringkali diajarkan Kristus dan berbagai kisah kehidupan-nya. Selalu merendah dan mengalah. Dan ini membuat I Wayan Winten tersentuh secara spiritual.
 
I Wayan Winten, bercerita bawa proses pencarian kayu jati sendiri memakan waktu yang sangat lama. Ia berkeliling ke berbagai pusat jati di seluruh Jawa. Mencari berkali-kali dan hampir putus asa. Karena ia tidak menemukan apa yang dicarinya. Ketika hampir menyerah, ia akhirnya menemukan-nya justru di kota Solo, disebuah langganannya. Ia juga tidak percaya ketika harganya juga sedemikian murah. I Wayan Winten, merasakan bahwa dari proses pencarian saja, ia belajar bahwa seringkali kesempurnaan itu tidak pernah jauh. Kesempurnaan itu seringkali justru ada didepan mata kita.
 
Setelah menemukan kayu dengan ukuran yang diinginkan, I Wayan Winten kuatir kalau kayu jati itu rusak didalamnya dan terlalu banyak mata. Lalu ia mencoba “sampling” dengan cara di bor disalah satu sisinya. Ia terperanjat karena kayu jati itu utuh dan penuh. Rasa percaya diri I Wayan Winten kembali penuh 100%. Ia juga memutuskan untuk untuk memahat dan mengukir dalam posisi berdiri utuh 8 meter, untuk mendapatkan kesempurnaan proporsi antara kaki, badan dan kepala yang lebih nyata. Kini timbul masalah kedua. Bagaimana dengan ekspresi wajah Kristus ? Kebanyakan lukisan dan pahatan Kristus ketika disalib, dibuat ketika Kristus wafat. Hal ini digambarkan dengan kepala Kristus yang terkulai, dan mata tertutup. Saat Kristus wafat.
 
Karena dalam agama Kristen, sengsara dan penyaliban Kristus diperingati sebuah sebuah misteri yang unik. Arsitek Sindu Hadiprana, minta ijin dengan Romo Rochadi, penggambaran Kristus tidak pada saat Kristus wafat melainkan saat Kristus hampir wafat. Maka patung Kristus karya I Wayan Winten, mata Kristus tidak terpejamkan. Ketika saya diperlihatkan ekspresi Kristus itu, darah saya berdesir. Seolah saya melihat Kristus yang sengsara namun hidup. Inilah salah satu keunikan yang juga lain daripada biasanya.
 
I Wayan Winten, lalu membuat contoh kepala Kristus dengan kayu lain. Berhasil dengan baik. Dan Kristus terlihat sangat magis. Ketika Romo Rochadi berkunjung ke Ubud untuk menyaksikan pemahatan wajah Kristus yang sesungguhnya di kayu jati 8 meter, I Wayan Winten bercerita Ubud dilanda hujan besar dengan badai petir yang tidak mau berhenti. Persis sama dengan cerita di Alkitab, saat menjelang Kristus hampir wafat. I Wayan Winten tidak akan pernah lupa akan peristiwa itu. Ketika patung Kristus selesai, I Wayan Winten hatinya sangat kuatir. Karena takut transportasi dari Ubud ke Jakarta akan mengalami gangguan di perjalanan.
 
Percaya atau tidak semua perjalanan berjalan mulus. Patung Kristus itu akhirnya tiba hari Rabu di Jakarta. Dan dengan “crane” besar patung itu coba dipindahkan ke tempat instalasainya. Namun berbagai kesulitan terus menerus muncul. Patung Kristus itu baru berhasil berdiri dan dipasang, pada hari Jumat menjelang jam 3 sore hari. Sebuah peristiwa yang mengingatkan kita pada Jumat Agung, menjelang detik-detik terakhir wafatnya Kristus.
 
Sindu Hadiprana sendiri, sangat kagum dengan patung Kristus itu, karena ternyata pohon jati itu hampir tidak memiliki hati pohon. Itu sebabnya seluruh wajah Kristus hingga ke kakinya terukir dengan kayu yang sangat halus, dan nyaris tanpa urat sama sekali. Bilamana diperhatikan dari jauh mirip ukiran dan pahatan dari pualam. Sungguh menakjubkan.
 
Bagi kami berempat – Romo Rochadi, I Wayan Winten, Sindhu Hadiprana, dan saya, peristiwa tanggal 24 Desember 2011 punya arti luar biasa. Entah bagaimana caranya, kami bisa bertemu berempat sekaligus.
Barangkali bagi Romo Rochadi, inilah Pohon Kristus yang seutuhnya, seperti sabda Kristus : “Akulah Jalan, Akulah Kebenaran dan Akulah Kehidupan,…….” -Yohanes 14 ayat 6. Sebuah pohon yang bisa menjadi inspirasi kehidupan bagi banyak orang nantinya.
Bagi I Wayan Winten, sekali lagi ia mengalami “taksu” secara spiritual atas karyanya. Taksu sebuah filosofi Bali, secara sederhana berarti enerji yang menghantarkan kita pada sebuah kesaktian. Bukan enerji yang datang begitu saja, melainkan datang lewat ketekunan dan pengabdian sungguh-sungguh.
Sindu Hadiprana sendiri, berkomentar, “Sesuatu yang berawal dari Tuhan, bila diberdayakan tanpa pamrih, pasti akan menjadi berkat terbesar dan karya terbesar.” Sebagai seorang arsitek, Sindhu barangkali berada dibatas kebesaran itu.
Dan buat saya, Tuhan sekali lagi menampakkan dirinya dan menjamah saya. Secara sangat misterius.
 
Selamat Natal. Semoga kuasa Kristus menjamah anda di hari suci ini.